Oleh: Pater Fredy Jehadin,SVD. TRIBUNFLORES.COM - Simak renungan Katolik hari ini, Selasa 10 Mei 2022. BACAAN PERTAMA Kisah Para Rasul 11: 19 - 26 dan INJIL YOHANES 10: 22 - 30. Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo.
Setiap orang di dunia ini, tentu memiliki pengetahuan dan keyakinan yang berbeda – beda. Berawal dari berbeda pengetahuan tersebut, keyakinan pun semakin dicari – cari dan mana yang akan menunjukan keyakinan yang sangat pasti bagi kedepannya. Tetapi, apakah kalian tahu, ada beberapa orang terkenal yang bahkan tak memiliki keyakinan atau agama dan anehnya, mereka tidak percaya akan kebedaraaan Tuhan di dunia ini. Lantas, dari manakah pengetahuan mereka tentang Tuhan sendiri? Apakah mereka adalah seorang Atheis? Misteri, itu belum terpecahkan hingga sekarang. Mulai dari kalangan selebritis hingga ilmuwan, berikut 10 Orang Terkenal Di Dunia Ini Yang Tidak Percaya Tuhan, Kenapa? Penasaran? cek dibawah ini. Content Navigation 110 Orang Terkenal Di Dunia Ini Yang Tidak Percaya Tuhan, Kenapa?1. Albert Eistein2. Hugh Hefner3. Fernando Alonso4. Angelina Jolie5. Brad Pitt6. John Lennon7. Rafael Nadal8. Rosalind Franklin9. Keanu Reeves1. Stephen Hawking 1. Albert Eistein Siapa yang tak mengenal nama Albert Eisten, bahkan pria ini adalah manusia terpintar di muka bumi ini. Apakah alasan ilmuwan yang memiliki pengetahuan luar biasa ini tak mempercayai keberadaan Tuhan? mungkin menurut teori yang ada, cara terbentuknya alam semesta menurut agama dan teori science yang berbeda membuat ilmu pengetahuan tak bisa disatukan dengan agama. Mungkin ini yang membuat banyak ilmuwan terkenal dunia tak percaya dengan agama dan lebih percaya dengan hal-hal ilmiah. Salah satu ilmuwan terkenal yang tak percaya dengan agama adalah Albert Einstein. Albert Einstein dikenal sebagai ilmuwan jenius di abad ke-20. Ia lahir dalam keluarga Yahudi di Jerman pada 14 Maret 1879. Ketika dirinya dewasa, Einstein mulai mempertanyakan eksistensi Tuhan. Dirinya juga meragukan keyakinan di dunia yang percaya dengan Tuhan. Tapi di kesempatan lain, dirinya menolak dianggap sebagai ateis fanatik. 2. Hugh Hefner Hugh Hefner Mempunyai hidup yang dikelilingi oleh wanita dan uang siapa yang tidak mau? Hanya saja, hampir mustahil rasanya untuk bisa mendapatkan hidup seperti itu. Mustahil? Tidak juga, ada sosok pria yang berhasil mendapatkan hidup menyenangkan yang sangat diidam-idamkan oleh pria, pria tersebut adalah Hugh Hefner. Hugh Hefner adalah bos majalah dewasa Playboy. Playboy merupakan majalah dewasa Amerika yang didirikan pada tahun 1953. Hefner ini merupakan pendiri sekaligus editor di majalah tersebut. Pebisnis Amerika ini mengakui bahwa dirinya tak percaya dengan agama. Dikatakan bahwa agama itu adalah sebuah mitos. 3. Fernando Alonso Fernando F1 adalah salah satu cabang olahraga yang populer dan dikenal ekstrim karena mengharuskan pengendaranya memacu kendaraan secepat mungkin ke garis finish. Setiap olahraga pasti ada superstarnya, begitu juga dengan Formula 1. Salah satu bintang di Formula 1 adalah pembalap bernama Fernando Alonso. Fernando Alonso Diaz merupakan pembalap asal Spanyol yang meraih 2 kali gelar juara Formula 1. Saat ini Alonso membalap untuk tim McLaren. Alonso tak mengatakan secara langsung bahwa dirinya adalah seorang ateis. Alonso hanya mengatakan, dirinya tidak punya hubungan apapun dengan Tuhan dan tidak percaya dengan nasib atau makhluk superior lainnya. 4. Angelina Jolie Brad Pitt dan Angelina Jolie yang begitu kompak menjadi relationship goals oleh banyak fans dan juga orang di dunia. Selain keduanya adalah pasangan selebriti yang dermawan, mereka juga berbagi kesamaan yakni, sama-sama tidak percaya dengan Tuhan. Mereka berdua adalah pasangan selebriti yang menganut kepercayaan ateis. Sebelum mengenal Pitt, saat berstatus suami istri, dan hingga bercerai, baik itu Jolie dan Pitt, keduanya masih mempertahankan kepercayaan ateisnya tersebut. Jolie yang kini tengah sibuk mengurus anak angkatnya mengaku bahwa dirinya tidak butuh keberadaan Tuhan dalam hidupnya. Secara tak langsung, Jolie mengakui bahwa dirinya adalah seorang ateis. 5. Brad Pitt Brad Pitts Baik itu Angelina Jolie maupun Brad Pitt, keduanya sama-sama artis Hollywood yang tak percaya dengan keberadaan Tuhan. Mungkin itu menjadi salah satu alasan kenapa mereka merasa cocok satu sama lain dan menikah. Meskipun sekarang mereka sudah berpisah, keduanya masih percaya bahwa Tuhan itu tidak ada. Mantan Jennifer Aniston dan Angelina Jolie, yang sekarang ini menjalin hubungan asmara dengan Neri Oxman ini mengakui dirinya adalah seorang ateis. Pitt mengaku, ia ada 20% ateis dan 80% agnostic. Agnostic adalah orang yang percaya bahwa tak hal yang namanya Tuhan atau segala hal yang berhubungan dengan Tuhan. 6. John Lennon Siapa yang tak mengenal nama John Lennon, salah satu anggota grup band The Beatless ini dikenal sebagai orang yang eksentrik dan penuh kontroversi. Sudah jadi rahasia umum mengenai ketidakpercayaan Lennon akan Tuhan. Ketidapercayaan Lennon terhadap Tuhan, ia tuangkan ke dalam lagu yang ia ciptakan pada tahun 1970, berjudul God.
AyatAlkitab: YOHANES 6:32-40 6:32 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. 6:33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." 6:34 Maka
– Iblis telah mendedikasikan umur dan seluruh hidupnya untuk menghancurkan anak keturunan adam. Termasuk membuat segala tipu daya hingga menjadikan mayoritas manusia beranggapan tidak percaya Pencipta. Dikutip dari buku Talbis Iblis karya Ibn Al Jauzi dengan pentahqiq Syekh Ali Hasan Al Halabi, Imam Ibn Al Jauzi berkata "Iblis telah menjadikan mayoritas manusia beranggapan bahwasanya tidak ada Tuhan serta tidak ada Pencipta, dan bahwasanya segala sesuatu itu terjadi dengan sendirinya, tanpa ada yang mengadakannya. Hal itu terjadi karena ketika mereka tidak bisa mengetahui adanya Sang Pencipta dengan indranya, tidak perlu akal untuk mengetahui-Nya, maka mereka pun mengingkari-Nya. Mungkinkah seseorang yang berakal sehat meragukan keberadaan Sang Pencipta? Seorang yang melewati sebuah lembah yang tanpa bangunan, kemudian saat dia kembali melewati lembah itu didapatinya ada tembok yang terbangun, maka dia pun akan meyakini bahwa ada orang yang membangun tembok tersebut. Lalu bagaimana pula dengan bumi yang terhampar luas, langit yang terjunjung tinggi, bangunan-bangunan yang berdiri megah dan amat menakjubkan ini, serta tatanan alam yang berjalan penuh dengan hikmah ini, bukankah semua itu menunjukkan atas adanya Tuhan, Sang Pencipta? Alangkah bagusnya apa yang dikatakan seorang Arab Badui, "Kotoran unta menunjukkan adanya unta." Lantas, bagaimana pula dengan alam atas yang dipenuhi dengan keindahan dan alam bawah yang dipenuhi dengan mahakarya luar biasa ini? Apa keduanya tak menunjukkan adanya Tuhan Yang Mahalembut dan Mahamengetahui?" Sekiranya manusia memperhatikan dirinya maka semua yang ada pada dirinya telah cukup membuktikan keberadaan Sang Pencipta, dan semua itu pastilah bisa menyembuhkan akalnya yang 'sakit' karena mengingkari ada-Nya. Pasalnya, di dalam tubuh terdapat berbagai macam hikmah yang takkan habis bila dijabarkan dalam satu kitab. Sesiapa yang memperhatikan tajamnya gigi seri untuk mengiris, kokohnya gigitan geraham untuk meremukkan, elastisnya lidah untuk membolak-balikkan makanan yang dikunyah, hebatnya limpa dalam melembutkan makanan dan mendistribusikan energinya ke sekujur tubuh sesuai dengan kadar gizi yang dibutuhkan, dan demikian juga dengan jemari yang diciptakan beruas-ruas sehingga dapat ditutup dan dibuka serta bisa digunakan untuk melakukan banyak hal. Dan ia tidak berongga mengingat fungsinya yang amat banyak, karena seandainya ia berongga lalu berbenturan dengan benda keras maka dia mudah patah, bahkan sebagian jari dijadikan lebih panjang daripada sebagian yang lainnya, agar ukurannya bisa sama rata tatkala digenggamkan. Juga memperhatikan sesuatu yang tersembunyi di dalam tubuh dan menjadi penopang tubuh manusia, yaitu nyawa, yang jika nyawa ini hilang maka akal yang bertugas membimbing ke arah maslahat pun akan turut rusak, serta memperhatikan berbagai hal lainnya, maka tentu dia, dengan akal sehat akan mengatakan أَفِي اللَّهِ شَكٌّ "...Apakah ada keraguan terhadap Allah?..." QS Ibrahim 10 Siapa saja yang mengingkari eksistensi Sang Pencipta tidak akan dapat menemukan-Nya, disebabkan ia mencari-Nya berdasarkan atas bukti indrawi saja. Di antara manusia ada juga yang mengingkari Sang Pencipta secara totalitas. Karena pada waktu tidak dapat menetapkan ekistensi-Nya secara global, dia tak dapat mengetahui eksistensi-Nya secara terperinci, akhirnya dia mengingkari eksistensinya-Nya secara keseluruhan. Seandainya dia mau berpikir, tentu dia akan menyadari bahwa di dunia ini banyak sekali perkara yang diketahui hanya secara global, seperti jiwa dan akal, sungguh tidak ada seorang pun yang mengingkari eksistensi keduanya. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
GS Kalau kita ada di dunia ini Pak Paul, tentu kita masing-masing memiliki orang tua, entah itu masih ada atau sudah meninggal, entah kita kenal atau pun tidak kita kenal dan pastilah ada yang melahirkan kita, ada orang tua kita.Ini sejauh mana Tuhan Allah melalui firman-Nya, memberikan arahan kepada kita sebagai anak bertanggung jawab kepada orang tuanya, Pak
- Simak penjelasan mengenai agnostik dalam artikel ini. Meyakini suatu aliran kepercayaan maupun agama merupakan hak masing-masing individu. Berbicara tentang agama atau kepercayaan, ada suatu paham yang disebut agnostik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, agnostik adalah orang yang berpandangan bahwa kebenaran tertinggi misalnya Tuhan tidak dapat diketahui dan mungkin tidak akan dapat diketahui. Sementara dikutip dari agnostisisme adalah suatu pandangan bahwasanya ada atau tidaknya Tuhan atau hal-hal supranatural adalah suatu yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui. Baca juga Pengertian Tanggung Jawab sebagai Warga Negara dan Contohnya Baca juga Apa Itu ODGJ? Ini Pengertian, Gejala, dan Penyebabnya Kemudian menurut maksud dari agnostik adalah seseorang yang berpendapat bahwa keberadaan penyebab utama, sebagai Tuhan, dan sifat esensial dari segala sesuatu tidak diketahui dan tidak dapat diketahui, atau bahwa pengetahuan manusia terbatas pada pengalaman. Agnostik sering dianggap sama dengan ateis. Faktanya, agnostik dan ateis memiliki perbedaan yang mendasar. Menurut KBBI, ateis adalah orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan. Kata ateis berasal dari bahasa Yunani 'atheos', yang dibangun dari akar kata a- "tanpa" dan theos "dewa". Ateisme adalah doktrin atau kepercayaan bahwa tidak ada Tuhan. Definisi ateisme sangat beragam, seseorang yang tidak mempercayai adanya Tuhan dan agama karena tidak dapat dibuktikan secara empiris atau nyata keberadaannya. Atheisme mendefinisikan secara luas bahwasanya kepercayaan adanya Tuhan maupun dewa adalah tidak nyata. Perbedaan Agnostik dan Ateis
Bahkanmereka juga tak percaya dengan adanya Covid-19. "Masih klasik dari dulu, mereka tidak percaya dengan covid, apalagi mereka bandingkan di negaranya bahwa di sana bebas tak ada prokes," kata Kasatpol PP Badung I Gusti Agung Ketut Suryanegara, Rabu. Sementara Kota Denpasar 3 orang WNA dan Klungkung 1 orang, kemudian yang ditindak
Content Navigation 110 Orang Terkenal Di Dunia Ini Yang Tidak Percaya Tuhan, Kenapa?1. Albert Eistein2. Hugh Hefner3. Fernando Alonso4. Angelina Jolie5. Brad Pitt6. John Lennon7. Rafael Nadal8. Rosalind Franklin9. Keanu Reeves1. Stephen Hawking 7. Rafael Nadal Siapa yang tak mengenal nama Rafael Nadal, petenis ternama ini menjadi deretan orang terkenal yang tak percaya akan keberadaan Tuhan. Nadal sendiri pernah mengatakan bahwa dirinya cukup sulit percaya dengan adanya Tuhan. Dia ingin tahu apakah Tuhan itu benar-benar ada atau tidak. Mungkin jika pernah melihatnya, Nadal baru percaya dengan Tuhan. 8. Rosalind Franklin Rosalind Franklin Tanpa jasa Rosalind Franklin, mungkin kita tidak akan kenal yang namanya mesin x-ray. Dengan keberadaan mesin x-ray ciptaan Franklin, dunia medis sangat terbantu untuk mengscan bagian dalam dari tubuh manusia. Seperti Albert Einstein, Rosalind Franklin juga termasuk illmuwan yang tak percaya dengan Tuhan. Franklin lahir dari keluarga Yahudi di London. Keluarga Franklin adalah orang Yahudi yang taat, sangat berbeda dengan dirinya. Melalui sebuah surat yang ditujukan pada ayahnya, Franklin menuliskan bahwa ia meragukan keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan kehidupan setelah mati. Ayahnya menuduh bahwa Franklin menganggap science adalah agamanya. 9. Keanu Reeves Aktor Hollywood Keanu Reeves mengakui bahwa dirinya adalah seorang ateis. Meski pada publik dia mengaku bahwa sering merenung tentang agama, satu-satunya agama yang ia anut ya ateis. Reeves mengatakan bahwa dia termasuk orang yang skeptis tentang Tuhan, Surga, dan Neraka. Membuat dirinya memilih untuk menjadi ateis. Pengakuan Reeves sangat berkebalikan dengan salah satu film yang pernah ia mainkan, Constantine. Di film tersebut, Reeves berperan sebagai John Constantine, karakter dari DC Comics yang merupakan seorang ahli sihir. Di film Constantine tersebut, digambarkan masalah yang dihadapi Constantine dengan Surga, Neraka, Tuhan, malaikat, dan iblis. 1. Stephen Hawking Stephen Hawking Ada banyak ilmuwan jenius yang tak percaya dengan keberadaan Tuhan. Setelah Enstein dan Franklin, masih ada lagi satu ilmuwan jenius yang tak percaya Tuhan, dia adalah Stephen Hawking. Seperti yang sudah banyak orang tahu, Hawking adalah seorang ilmuwan yang mengajar sebagai profesor matematika di Universitas Cambridge. Hawking telah lama menganut kepercaaan ateis. Ia baru mulai mempublikasikannya pada dunia pada tahun 2014. Hawking mengatakanm, ia tak percaya dengan Tuhan, Surga, Neraka, dan kehidupan setelah mati. Ditambahkan, semua hal tersebut, semua keajaiban yang diceritakan di setiap agama, semuanya tidak cocok dengan ilmu sains.
Okultismejuga berarti kajian tentang kekuatan gaib. Dalam lingkungan GKI Tanah Papua, kita mengetahui dari sejarah PI, bahwa ssejak 5 Februari 1855, Injil Yesus Kristus telah mendarat di Mansinam melalui dua “utusan” Gossner (C.W. Ottow dan J.G. Gissler). Mereka tunduk di Pantai P.Mansinam dengan do’a sulung “Dengan nama Tuan kami
Bisakah memilih keputusan menajdi ateis di tanah air?Foto Monique Rijkers Di Indonesia menjadi ateis tampaknya belum bisa menjadi pilihan hidup yang dinyatakan secara terbuka karena masyarakat yang sangat agamis. Apalagi jika RUU KUHP yang mempidanakan agnostik dan ateisme diberlakukan. Padahal memilih untuk tidak beragama sejatinya adalah hak asasi manusia. Beragama karena warisan keluarga adalah tipikal orang Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang sangat religius. Seluruh kehidupan sebagai seorang warga negara di Indonesia tak jauh dari urusan agama. Ritual agama melingkupi kehidupan masyarakat di Indonesia mulai dari melek bangun tidur hingga merem mau tidur lagi. Bahkan novel jadul Atheis karya Achdiat Karta Mihardja yang dinilai sebagai salah satu karya sastra penting dan penulisnya mendapat Hadiah Tahunan Pemerintah Republik Indonesia tahun 1969 di ujung kisah mengangkat penyesalan seorang ateis yang meninggalkan agama. Seiring dengan makin luasnya wawasan seseorang, memeluk agama bukan berarti menerima apa adanya atau percaya begitu saja. Peristiwa tertentu, pengalaman hidup atau pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban bisa menjadi pemicu bangkitnya kesadaran yang mempertanyakan eksistensi Tuhan. Paling tidak, itulah yang terjadi pada Stefen Jhon. "Tahun 1999 ketika Ambon dilanda konflik horizontal yang berkepanjangan, saya mulai mempertanyakan tentang Tuhan. Ketika itu saya begitu khusyuk berdoa Novena agar kampung dan rumah saya dijauhi perusuh sampai akhirnya diserang oleh pihak lawan. Kami terpukul mundur, di situlah saya berpikir, apa Tuhan punya maksud lain? Apa gunanya kami berperang membela agama? Selemah inikah Tuhan yang saya sembah? Saya jadi skeptis, sangat skeptis. Saya mulai mencari literatur dan saya tahu semua tentang Tuhan dan gereja namun saya membunuh satu persatu keimanan saya terhadap Tuhan.” Setelah pergumulan batin selama enam tahun, tahun 2005 Stefen Jhon memilih menjadi ateis. Keributan tak dapat dihindari di rumah karena ia menolak ke gereja. Namun ia tidak mengajarkan anak-anak untuk menjadi ateis seperti dirinya. Justru ia senang melihat keluarganya kelihatan bahagia menjalankan ritual Monique RijkersFoto Monique Rijkers Ada Wadah Komunitas Ateis Di Indonesia, Stefen Jhon tidak sendiri. Mereka yang menggugat keimanan bergabung dalam komunitas-komunitas free-thinker, agnostik tidak mempercayai agama dan ateis tidak mempercayai Tuhan yang berada di media sosial atau grup-grup WhatsApp. Di dunia maya ada saja orang yang mulai mempertanyakan kebenaran agama dan kepercayaan yang mereka anut. Makin banyak yang kritis pada konsep tentang Tuhan dan merasa agama tidak memberikan informasi yang memadai untuk diterima secara intelektual. Karl Karnadi, pendiri dan moderator komunitas ateis di Indonesia dengan nama Indonesian Atheists sejak tahun 2008 ketika ditanya data ateis terakhir mengaku ada 1500-an anggota. "Tujuan utama bukan untuk mengumpulkan ateis di Indonesia tetapi memberikan tempat yang aman dan nyaman bagi ateis dan kaum minoritas di Indonesia yang didiskriminasi dan jarang bisa terbuka di lingkungan nyata. Karena itu yang diterima menjadi anggota Indonesian Atheists adalah mereka yang bertujuan sama. Selain komunitas Indonesian Atheists, ada pula grup Facebook dengan nama "Anda Bertanya Ateis Menjawab” dengan jumlah anggota 60 ribu orang yang menampung beragam pertanyaan seputar ateis dan menjadi wadah untuk mengenal para ateis yang sama seperti manusia biasa seperti warga negara Indonesia lainnya. Menjadi Ateis Tidak Bisa Dihukum Tetapi bisa dibilang mereka yang benar-benar ateis dan keluar dari agama sepenuhnya serta berani mengakui di dunia nyata, terbuka di depan keluarga, rekan kerja dan pergaulan sosial belum banyak. Sejumlah ateis yang saya kontak untuk mencari tahu testimoni merekaterkait agama dan Tuhan enggan memberikan foto dan menolak publikasi. Alasan yang diberikan bermacam-macam, "Orangtua saya dan anak-anak saya bisa dikecam”, "Saya punya pekerjaan” atau alasan diplomatis seperti "Saya belum tepat sebagai narasumber” dan "Ini ranah pribadi”. Beberapa orang mengaku masih melakukan ritual agama sebagai kegiatan sosial bukan spiritual karena memang tidak lagi percaya adanya Tuhan. Keengganan para ateis di Indonesia mengungkap identitas diri mereka, sangat saya maklumi karena dipengaruhi kondisi di Indonesia yang kerap emosional atau bahasa gaul masa kini baper bawa perasaan dalam urusan agama dan memandang tidak beragama sebagai bentuk penodaan agama sehingga meminggirkan kebebasan berbicara dan berpendapat yang sejatinya merupakan hak setiap orang. Pengalaman buruk pernah dialami Alexander Aan seorang pegawai negeri sipil di Sumatera Barat pada tahun 2012 yang dipenjara 2,5 tahun karena menulis status "Tuhan itu tidak ada” di Facebook pribadinya. Ateis-nya tidak dihukum tetapi karena menyebarkan pendapat di media elektronik maka Alexander Aan dijerat pasal penodaan agama dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE. Ateis dianggap menodai agama alih-alih menjadi sebuah pilihan bebas semua orang, hak asasi manusia yang universal dan berlaku termasuk untuk warga negara Indonesia. Padahal Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD pada tahun 2012 menyatakan tidak ada yang bisa menghukum individu ateis atau komunis jika mereka mengakui apa yang dianutnya secara pribadi. Melindungi Pilihan Hidup Individu Dalam aturan hukum di Indonesia tidak ada yang spesifik melarang seseorang menjadi ateis tetapi karena dalam Pancasila sebagai dasar negara dimuat "Ketuhanan yang Maha Esa” sebagai sila pertama maka diasumsikan semua warga negara Indonesia akan memilih salah satu agama yang diakui di Indonesia. Jika sila pertama menjadi rujukan seseorang beragama, idealnya rujukan sila kedua "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” menjadi dasar memperlakukan manusia lain termasuk para ateis yakni secara adil dan beradab. Selain menerapkan sila pertama Pancasila sebagai standar beragama di Indonesia, berbagai aturan administrasi kependudukan tidak jauh-jauh dari identitas agama. Kewajiban mencatatkan pernikahan yang dilakukan berdasarkan hukum suatu agama mengacu pada Undang-undang Pernikahan Tahun 1974 sehingga seorang ateis harus memilih salah satu agama untuk menikah dengan orang Indonesia atau meresmikan pernikahannya di Indonesia. Aturan administrasi kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk e-KTP dan Kartu Keluarga masih memberlakukan pengisian kolom agama. Sejak tahun 2016 untuk penganut kepercayaan di luar enam agama yang diakui pemerintah pada kolom agama dapat ditulis "Penghayat Kepercayaan” atau dikosongkan. Pilihan bagi pemeluk kepercayaan lokal ini logikanya bisa menjadi pilihan bagi para ateis di Indonesia guna menyiasati kewajiban memilih salah satu agama yakni dengan cara mengosongkan kolom agama. Namun opsi ini tidak banyak dipilih para ateis guna menghindari keruwetan prosedur administrasi kependudukan yang dampaknya menyasar urusan pendidikan dan pekerjaan walau secara hukum Mahkamah Konstitusi menyakini kata "agama” dalam Pasal 61 dan 64 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan tidak memiliki ketentuan hukum mengikat secara bersyarat. Meski tidak dilarang menjadi ateis di Indonesia namun seorang ateis dilarang menyebarkan ajaran ateis di Indonesia. Sejauh ini tidak ada yang menyebarkan ateisme dan agnostik melalui organisasi secara resmi. Kecemasan terbesar saya adalah hilangnya kebebasan bersuara para ateis dan agnostik jika Rancangan Undang-Undang KUHP yang memuat pasal tindak pidana terhadap agama ditetapkan sebagai undang-undang sebab orang yang mengajak tidak menganut agama agnostik bisa dipidana dengan pidana penjara. Idealnya KUHP melindungi pengakuan secara terbuka seorang ateis dan agnostik dan tidak membuat seseorang dipenjara karena tidak mengakui adanya Tuhan dan/atau tidak beragama karena itulah pilihan hidup seseorang yang merupakan hak asasi manusia yang dimiliki setiap orang. Bahkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal 18 menyatakan setiap orang berhak berganti agama atau kepercayaan. Saya mengasumsikan pasal itu mencakup melindungi mereka yang berganti agama menjadi tidak beragama. monique_rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator IAMBRAVEINDONESIA. *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis *Bagi komentar Anda dalam kolom di bawah ini.
DulJaelani mengaku sempat tak percaya Tuhan, ia bahkan mengaku atheis. Namun kecelakaan yang ia alami pada tahun 2013 mengubahnya, ia pun kembali memeluk Islam. (Foto: instagram.com) Pada sebuah video YouTube, Uus pernah mengaku bahwa tak percaya Tuhan dan menjadi Atheis selama 6 bulan karena usahanya gagal dan mengalami
Lifestyle Inspirasi & Unik Sabtu, 26 Februari 2022 - 1300 WIB VIVA – Alasan orang tidak percaya tuhan, ketika saya melihat kembali ke masa pra-Kristen saya, saya menyadari bahwa saya bukanlah seorang ateis tetapi saya lebih apatis. Saya kira saya adalah seorang apatis. Saya tidak percaya pada Tuhan, tetapi kebanyakan saya tidak peduli. Percaya kepada Tuhan tidak relevan bagi ini, mengapa orang tidak percaya pada Tuhan sangat penting bagi saya. Saya telah mendedikasikan hidup saya untuk menjangkau orang-orang yang jauh dari iman kepada Tuhan. Untuk membantu mereka percaya, ada baiknya untuk memahami mengapa mereka tidak percaya. Itu pertanyaan penting bagi kita semua. Tuhan telah memberi orang Kristen misi untuk memimpin orang kepada iman dan, di Amerika, ladang misi kami terus bertambah besar. Jumlah ateis di Amerika telah berlipat ganda sejak 2007, dan jumlahnya mungkin jauh lebih banyak daripada yang kita ateisme itu rumit. Beberapa orang yang menggambarkan diri mereka sebagai ateis juga mengatakan bahwa mereka percaya pada semacam kekuatan yang lebih tinggi atau kekuatan saat yang sama, beberapa dari mereka yang mengidentifikasi diri dengan suatu agama misalnya, mengatakan bahwa mereka Katolik atau Yahudi mengatakan bahwa mereka tidak percaya pada hal yang pasti, seiring dengan munculnya orang Amerika yang tidak terafiliasi dengan agama banyak dari mereka yang percaya pada Tuhan ada peningkatan yang sesuai dalam jumlah beberapa alasan orang tidak percaya tuhan seperti dikutip dari Cityonahillstudio sebagai berikut1. Tumbuh Dalam Keluarga Yang Tak BerimanDalam sebuah penelitian, 32% ateis mengatakan bahwa mereka dibesarkan di rumah dengan orang tua yang tidak percaya pada Tuhan. Mungkin sulit untuk keluar dari pola pikir yang sudah mendarah daging di awal kehidupan. Halaman Selanjutnya 2. Berhenti Percaya Pada Ajaran Agama.
Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS orang yang berpandangan tidak adanya tuhan. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer
Jawaban cepat dan mudah mengapa orang-orang beragama adalah bahwa Tuhan–dalam bentuk apa pun yang Anda percayai–adalah nyata dan orang-orang percaya karena mereka berkomunikasi dengan-Nya dan merasakan bukti keterlibatan-Nya di dunia. Hanya 16% orang di seluruh dunia tidak religius, tapi ini setara dengan sekitar 1,2 miliar individu yang merasa sulit untuk merekonsiliasi ide-ide agama dengan apa yang mereka ketahui tentang dunia. Mengapa orang-orang percaya adalah pertanyaan yang mengusik para pemikir besar selama berabad-abad. Karl Marx, misalnya, menyebut agama sebagai “candu rakyat”. Sigmund Freud merasa bahwa tuhan adalah ilusi dan bahwa para jemaah itu mencari kebutuhan kanak-kanak soal keamanan dan pengampunan. Penjelasan psikologis yang lebih baru adalah gagasan bahwa evolusi manusia telah menciptakan “lubang berbentuk tuhan” atau telah memberi kita sebuah “mesin tuhan” metaforis yang mendorong kita untuk percaya pada suatu ketuhanan. Pada dasarnya hipotesis ini menyatakan bahwa agama merupakan suatu produk sampingan dari sejumlah adaptasi kognitif dan sosial yang sangat penting dalam perkembangan manusia. Beradaptasi untuk menjadi beriman Manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang kooperatif dan suportif. Dengan melakukan hal ini kita jadi punya ikatan yang lebih kuat dengan beberapa individu dibanding yang lain. Psikolog Inggris John Bowlby mendemonstrasikan pengaruh keterikatan ini pada perkembangan emosi dan sosial anak-anak. Dia menunjukkan rasa keterikatan ini dapat terancam jika terjadi pemisahan atau pelecehan. Kita terus mengandalkan keterikatan ini di kemudian hari, ketika jatuh cinta dan berteman, dan bahkan dapat membentuk ikatan yang kuat dengan hewan non-manusia dan benda mati. Tidak sulit dipahami bahwa rasa keterikatan yang kuat ini dapat disalurkan kepada dewa-dewa agama dan utusan nabi-nabi mereka. Hubungan kita bergantung pada kemampuan untuk memprediksi bagaimana orang lain akan berperilaku dalam semua situasi dan waktu. Tapi kita tidak perlu berada di depan hal-hal yang erat ikatannya dengan kita untuk memprediksi tindakan mereka. Kita dapat membayangkan apa yang akan mereka lakukan atau katakan. Kemampuan ini–dikenal sebagai pemisahan kognitif–berasal dari masa kanak-kanak melalui permainan pura-pura. Dari kemampuan kita membayangkan pikiran seseorang yang kita kenal ke membayangkan pikiran sesuatu yang mahakuasa, mahatahu, dengan cara pikir mirip manusia itu hanya sebuah lompatan kecil - terutama jika kita memiliki teks-teks religius yang menceritakan tindakan masa lalu mereka. Berbagi iman. Mamma Belle and the kids/Shutterstock Adaptasi kunci lain yang dapat mendorong keyakinan beragama adalah kemampuan manusia menyematkan sifat atau kualitas manusia pada suatu objek benda atau antropomorfisme. Pernahkah Anda melihat siluet seseorang hanya untuk menyadari bahwa sebenarnya sebuah mantel tergantung di pintu? Kemampuan untuk menyematkan bentuk dan perilaku manusia pada benda-benda non-manusia menunjukkan bahwa manusia juga bisa menyematkan kualitas yang kita miliki pada entitas non-manusia, seperti dewa, dengan demikian, memudahkan merasa terhubung dengan mereka. Manfaat perilaku Selain aspek psikologis ini, perilaku ritual yang terlihat dalam kegiatan ibadah kolektif membuat kita menikmati dan ingin mengulangi pengalaman-pengalaman. Menari, bernyanyi, dan mencapai keadaan seperti trance menonjol di banyak masyarakat leluhur dan masih ditunjukkan di masa kini- termasuk oleh orang-orang Sentinel, dan Aborigin Australia. Ritual formal bukan hanya merupakan kegiatan pemersatu, ritual-ritual ini juga bahkan mengubah kimia otak. Mereka meningkatkan kadar serotonin, dopamin, dan oksitosin di otak–bahan kimia yang membuat kita merasa baik, ingin melakukan sesuatu dan memberikan kedekatan kepada orang lain. Adaptasi kognitif ini difasilitasi oleh norma-norma pendidikan dan rumah tangga yang tidak bertentangan dengan ide-ide agama. Meski kita didorong untuk mempertanyakan ide-ide yang tidak memiliki basis bukti kuat yang disajikan pada masa kanak-kanak–seperti Santa Claus atau Peri Gigi–kita tidak didorong untuk mempertanyakan agama. Mempertanyakan agama sering kali tidak dianjurkan dalam ajaran agama dan terkadang dianggap sebagai dosa. Terlepas sudut pandang Anda, dampak agama dan pemikiran agama pada fungsi dan evolusi manusia adalah suatu debat intelektual yang menarik yang tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir. Tentu saja, orang mungkin berpendapat bahwa tuhan menciptakan semua hal yang diuraikan di atas tapi kemudian ini membawa kita ke pertanyaan lain yang lebih besar apakah buktinya bagi Tuhan?
| ይунጫኸих αро խцонուгኸж | Γуծот истаν |
|---|
| Աср гըцօ фխбипсፅζ | Захоዩоռосв еп щዷскօֆօνεν |
| Аζаλ ዥαщ еслαдироթ | Овևпрар бጮլа |
| Еп սози | እиδеւፌ щα ደонуባу |
| ግյиհካሠեклሖ δадр | Исвιւθላ ψա |
OlehReza A.A Wattimena Tiga pertanyaan ini kerap diajukan kepada saya oleh kenalan baru. Biasanya, ketiga pertanyaan ini diajukan di awal perjumpaan, sebelum diskusi tentang hal-hal yang lebih mendalam terjadi. Di banyak negara, soal agama adalah soal pribadi. Menanyakannya adalah sesuatu yang melanggar privasi. Namun, karena terobsesi dengan
Anakkecil juga tahu kalau alasan manusia mau mempercayai Tuhan itu karena ada mati. “Kalau cuma gitu jawabannya, anak saya juga tahu, Gus,” kata si tamu. “Iya, tapi—sama halnya seperti anak sampeyan—kita berdua juga nggak tahu rasanya mati itu apa,” kata Gus Mut tiba-tiba. “Ya iyalah, mati kan bukan pengalaman berulang kali yang
. id07siwfum.pages.dev/494id07siwfum.pages.dev/31id07siwfum.pages.dev/447id07siwfum.pages.dev/323id07siwfum.pages.dev/157id07siwfum.pages.dev/202id07siwfum.pages.dev/99id07siwfum.pages.dev/165
orang yang tidak percaya adanya tuhan tts